Lala bingung setengah mati dengan sikap sahabatnya, Nila. Tiba – tiba saja Nila menjauh darinya, kalau biasanya Nila selalu menyapa duluan setiap bertemu kali ini Lala yang harus menyapa duluan dan balasan yang di berikan oleh Nila hanya anggukan.
Awalanya Lala hanya mengira kalau Nila hanya stres menghadapi ujian kelulusan. Tapi perkiraan Lala hanya bertahan sebentar, saat dirinya melihat Nila pulang dari tempat les nggak sengaja Nila bertemu dengan teman sekelasnya. Lala melihat kalau Nila terlihat akrab seperti biasanya namun tidak untuk Lala. Karna merasa kesal dan sedih bercampur marah Lala berlari pulang dan nggak sengaja menabrak Nila yang sedang berbicara dengan teman sekelasnya.
” Lho, Lala kamu sedang apa di sini?” tanya Nila saat dirinya di tubruk oleh Lala.
Lala diam dan hanya menatap Nila dengan sorot marah. ”Masih ingat padaku ternyata?”
Lala langsung pergi meninggalkan Nila yang kebingungan. Sejak insiden itu Lala mulai menjauh dari Nila. Sebenarnya Lala nggak mau menjauh dari Nila dan dia nggak benci pada sahabatnya hanya kesal dengan sikap sahabatnya. Sudah berkali mencoba pada Nila, tapi Nila selalu menghindar.
***
Sudah sebulan Lala dan Nila tidak saling bicara saling sapapun jarang. Teman – teman yang lainpun merasakan perubahan sikap keduanya. Tapi mereka tidak bertanya. Ternyata bukan hanya teman – teman merasakan perubahan sikap Lala. Nilapun merasakan hal yang sama tapi dia memilih diam.
Siang, di kantin sepulang sekolah tiba – tiba Nila menghampiri Lala yang tengah menikmati es jeruk dan bakso yang baru saja ia pesan. Melihat kedatangan Nila yang tidak di sangka – sangka itu, dalam hati Lala gembira dirinya membayangkan akan berbaikan dengan Nila.
”La, besok Minggu teman – teman pada mau latihan buat pensi. Jadi besok kamu langsung aja ke ruang tari sekolah.” ujar Nila singkat lalu berlalu.
Lala yang udah berharap dia baikan dengan Nila hanya terdiam tak menyangka Nila hanya mengatakan itu. Kekesalan mulai muncul dalam Lala hingga Lala membalas ucapan Nila dingin.
”Aku nggak ikut! Aku bukan termasuk anggota drama. Jadi nggak masalah kalau aku nggak datang,”
Nila berhenti melangkah. Dia berbalik dan menatap Lala sekilas baru membalas ucapan dingin Lala, ”Kamu emang bukan anggota drama, tapi kamu ketuanya.”
”Tanpa ketua pasti masih bisa jalan bukan. Toh masih ada wakil ketuanya….”
Lala meninggalkan Nila yang terdiam. Pasti yang di maksud Lala adalah Nila. Memang Nila yang menjadi wakil dan Lala ketuanya tapi itu dulu sebelum kedua sahabat itu saling menjaga jarak.
***
Minggu siang, Lala akhirnya memutuskan untuk datang ke sekolah. Dia nggak ingin masalahnya dengan Nila ia lemparkan ke teman – temanya yang tidak tahu menahu masalanya dengan Nila. Walau awalnya bimbang tapi akhirnya ia berangkat juga ke sekolah. Sebenarnya Lala lagi nggak mood gara – gara ortunya pada nggak pulang padahal hari ini Lala ulang tahun. Alasannya kerjaan masih numpuk. ’Great! Ortuku sekarang nggak peduli lagi denganku dulu sahabatku sekarang ortuku.’
Langkah lambat Lala menuju ruang tari membuat dirinya terlambat mengikuti latihan. Janjinya jam setengah 11 tapi Lala tiba di ruang tari jam 11. Tapi saat tiba di depan ruang tari Lala mengerutkan kening. Dirinya tidak mendengar suara apapun dari ruang tari. ’Apa mereka udah selesai latihan?’ batin Lala. Lala melirik jam tangan pemberian Nila 2 tahun lalu. ’Jam 11! Cepat banget mereka latihan.’ Pelan – pelan Lala membuka pintu kayu ruang tari. Gelap. Lala mencari saklar yang berada di samping pintu kayu. Begitu saklar di nyalakan terdengar teriak,
”SURPRISE!!!!”
Lala kaget nggak nyangka kalau temen – temenya nyiapin kejutan kayak gini. Yang nggak kalah terkejutnya mama dan papanya termasuk dari salah anggota penyambutan.
”Ayo tiup lilinnya dulu,”
Lala menoleh pada sumber suara barusan. Nila berdiri di sampingnya dengan membawa blackforest lengkap dengan lilin berbentuk angka 12.
”Ni…la,,,,”
”Aduh, cepet deh! Aku nggak kuat bawain kue ini terus. Berat tauk!” ucap Nila sambil tertawa. Lala langsung meniup lilinnya tapi sebelumya dia make a wish dulu.
”Selamat ulang tahun ya, Sayang” mamanya megecup pipi Lala di ikuti papa dan teman – temanya. Saat giliran Nila, Nila memeluk Lala.
”Maaf ya, kalau akhir – akhir ini aku ngejahuin kamu. Aku pengen buat surprise buat kamu. Di tambah lagi kamu jadi ikut ngehindari aku. He… he… kejutanku berhasilkan!”
”Iya, berhasil.” balas Lala sambil menghapus air matanya. ’Terima kasih Tuhan. Kau telah memberiku hadiah terindah’